Tampilkan postingan dengan label Rafflesia Hasseltii. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rafflesia Hasseltii. Tampilkan semua postingan

Rabu, 26 Maret 2008

Raflesia Hasseltii

Raflesia Hasseltii


Raflesia Hasseltii pertama kali ditemukan di Muara Labuh dan Alahan Panjang, Sumatera Barat pada tahun 1918. Setelah itu bunga ini seakan menghilang, “mungkin ada yang menemukannya, tetapi tidak dipublikasikan”. Bunga ini ditemukan kembali oleh dua orang mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Rio Andry Hitipeuw dan Wahyu Kristiawan yang sedang melakukan praktek lapangan pada bulan juni 1995 ( lihat harian Kompas, 4 – 10 – 1995 ).

Rafflesia Hasseltii ditemukan pada ketinggian 1.200 m dpl di areal salah satu HPH di Jambi, dijumpai 4 meter dari pinggir anak sungai, tumbuh di atas tanah berbatu. Warna bunganya merah bata dan putih pucat dengan diameter bunga sekitar 60 cm, diameter diskus 13 cm tinggi diskus 9 cm dan jumlah cuatan (duri)) sebanyak 15 buah. Bercak putih pada bunga ini lebih dominan. Inilah salah satu yang membedakan Rafflesia Hasseltii dengan spesies yang lain. Pada spesies yang lain bercak putih tampak kusam dan berupa titik – titik kecil.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada bulan juli 1996 di lokasi tempat Rafflesia Hasseltii pada bulan juni 1995, telah dijumpai Rafflesia Hasseltii yang hampir mekar dengan diameter kuncup 15 cm. Pada tanggal 3 juli 1996 telah diketahui mekar dan sudah berwarna kehitaman dengan diameter 54,3 cm. Berdasarkan penemuan pada tahun 1995 dan tahun 1996 pada bulan juli ( bulan yang sama pada tahun berikutnya ) maka dapat disimpulkan perkiraan pertumbuhan Rafflesia Hasseltii berkisar 360 hari ( satu tahun ), yaitu mulai dari kuncup kecil sampai kuncup siap mekar.

http://www.rafflesia.info/hasselti.htm

Raflesia Hasseltii

Raflesia Hasseltii


Raflesia Hasseltii pertama kali ditemukan di Muara Labuh dan Alahan Panjang, Sumatera Barat pada tahun 1918. Setelah itu bunga ini seakan menghilang, “mungkin ada yang menemukannya, tetapi tidak dipublikasikan”. Bunga ini ditemukan kembali oleh dua orang mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Rio Andry Hitipeuw dan Wahyu Kristiawan yang sedang melakukan praktek lapangan pada bulan juni 1995 ( lihat harian Kompas, 4 – 10 – 1995 ).

Rafflesia Hasseltii ditemukan pada ketinggian 1.200 m dpl di areal salah satu HPH di Jambi, dijumpai 4 meter dari pinggir anak sungai, tumbuh di atas tanah berbatu. Warna bunganya merah bata dan putih pucat dengan diameter bunga sekitar 60 cm, diameter diskus 13 cm tinggi diskus 9 cm dan jumlah cuatan (duri)) sebanyak 15 buah. Bercak putih pada bunga ini lebih dominan. Inilah salah satu yang membedakan Rafflesia Hasseltii dengan spesies yang lain. Pada spesies yang lain bercak putih tampak kusam dan berupa titik – titik kecil.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada bulan juli 1996 di lokasi tempat Rafflesia Hasseltii pada bulan juni 1995, telah dijumpai Rafflesia Hasseltii yang hampir mekar dengan diameter kuncup 15 cm. Pada tanggal 3 juli 1996 telah diketahui mekar dan sudah berwarna kehitaman dengan diameter 54,3 cm. Berdasarkan penemuan pada tahun 1995 dan tahun 1996 pada bulan juli ( bulan yang sama pada tahun berikutnya ) maka dapat disimpulkan perkiraan pertumbuhan Rafflesia Hasseltii berkisar 360 hari ( satu tahun ), yaitu mulai dari kuncup kecil sampai kuncup siap mekar.

http://www.rafflesia.info/hasselti.htm

Muko Rimau Itu Makin Terancam

Muko Rimau Itu Makin Terancam

R afflesia hasselti termasuk bunga langka. Bunga padma ini juga disebut cendawan `muko rimau', karena mirip rona muka harimau itu. Ia juga disebut rafflesia merah putih Suringar. Suringar diambil dari nama penemu pertama kali, tahun 1918 di Muara Labuh dan Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Kini cendawan itu bisa ditemukan di kawasan hutan yang berada di pinggiran Desa Semambu, Kecamatan Sumai, Kabupaten Muara Tebo. Lokasi Rafflesia hasseltii ini berada di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit 30. Sebelumnya ia berada di enklav wilayah HPH dan kini statusnya sudah menjadi areal penggunaan lain.

Ada beberapa lokasi sebaran rafflesia di desa ini. Dari pelacakan yang dilakukan bulan Juli 1999, diketahui cendawan ini banyak ditemukan di sekitar sub daerah aliran sungai (DAS) Sako, berjarak sekitar 15 km dari pusat Desa Semambu. Di lokasi itu ditemukan belasan knop (individu) rafflesia yang belum mekar, dengan ukuran berkisar antara 3-10 cm.

Karena langka, bunga ini mengundang perhatian sejumlah peneliti. Nina Herdiani, peneliti dari Fakultas Kehutanan IPB yang berkunjung Juni 1998, menyebutkan, Rafflesia hasseltii berpotensi sebagai bahan obat-obatan bagi penyembuhan penyakit kanker. Sayang, hasil penelitian itu belum ditindaklanjuti, sehingga potensi sebagai bahan obat kanker belum bisa dipastikan.

Biasanya bunga ini akan mekar antara Agustus hingga Desember. Di waktu mekar, lebar kelopak bunganya berkisar antara 35 - 60 cm. Warna kelopak menjadi merah bata dan putih pucat. Tumbuhan inang dari bunga ini berupa liana dari genus Tetrastigma, sangat tergantung dengan pohon-pohon tempat kelangsungan hidupnya. Kondisi bentuk dan struktur tajuk hutan alam yang berlapis-lapis akan menciptakan iklim yang ideal bagi kehidupan Rafflesia hasseltii. Sedikit saja ada perubahan —seperti pohon tumbang— akan mengubah secara drastis habitat mikronya. Karena itu cendawan ini perlui dilindungi dari aktivitas manusia yang merusak.

Hanya saja, kawasan hutan di sekitar lokasi cendawan `muko rimau'semakin terancam. Bisa dari perladangan masyarakat, dan yang mengkhawatirkan datang dari PT Tebo Planta Karpusa, perusahaan yang akan mengkonversi areal hutan alam itu menjadi perkebunan kelapa sawit. Bila rencana itu terlaksana, kelangkaan Rafflesia hasseltii yang dikategorikan terancam punah benar-benar menjadi punah sama sekali (Diki Kurniawan).






www.warsi.or.id/bulletin/alamsumatera/ASP_Edisi11/asp11_9.htm

Jumat, 07 Maret 2008

Photo of Rafflesia Hasseltii

http://www.parasiticplants.siu.edu/Rafflesiaceae/images/Raff.hasseltii.JPEG

 

Template Design By:
SkinCorner/laudean